Sabtu, 10 Oktober 2015

SERTIFIKASI DOSEN : 3 DOSEN TETAP STITNU SAKINAH DHARMASRAYA DISERTIVIKASI

Alhamdulilla pada tanggal 09 Oktober 2015, 3 orang dosen tetap STITNU Sakinah Dharmasraya selesai menvalidasi sertifikasi dosen tahun anggaran 2016. dosen tetap yang diusulkan oleh Kopertais Wilayah VI untuk PTKAIS STITNU Sakinah Dharmasraya adalah Alde Rado, S.PdI, M.A, Lesis Andre, S.PSi, M.Si, Muhammad Amin, S.PdI,M.A.

BAN-PT VESITASI KE STITNU SAKINAH DHARMASRAYA

STITNU SAKINAH DHARMASRAYA

RENCANA STRATEGIS SEKOLAH TINGGI ILMU TARIBIYAH NAHDLATUL ULAMA (STITNU) SAKINAH DHARMASRAYA I. PENDAHULUAN Bagi dunia pendidikan, perubahan politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan teknologi dan seni merupakan tantangan yang amat kompleks dan saling berkaitan. Dalam menghadapi tantangan global, tugas STITNU Sakinah Dharmasraya semakin berat karena selain harus memenuhi tuntutan lokal dan nasional, juga harus berusaha menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di tingkat regional dan global. Oleh karena itu, pendidikan di STITNU Sakinah Dharmasraya, selain harus mampu memberikan pelayanan pedagogik, keilmuan dan profesionalisme untuk memenuhi kebutuhan individu peserta didik, juga harus mampu memberikan pencerahan bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk menghadapi tantangan tersebut, STITNU Sakinah Dharmasraya harus mengembangkan rencana strategisnya untuk jangka waktu lima tahun, 2012-2017. Rencana tersebut disusun dengan memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan rencana strategis sebelumnya dan hasil-hasil analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Selanjutnya, dikembangkan kebijakan, sasaran, strategi, program kerja, dan indikator kinerjanya dengan standar mutu nasional. Keseluruhan upaya pengembangan STITNU Sakinah Dharmasraya itu bertumpu pada wawasan kebangsaan dan penghayatan terhadap kemajemukan budaya, dan landasan falsafah kehidupan kampus yang edukatif, ilmiah, dan religius. II. RENCANA STRATEGIS a. Visi Menjadi perguruan tinggi Islam yang unggul dan kompetitif berwawasan Islami. b. Misi Menyenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam rangka membentuk masyarakat Indonesia yang berakhlakul karimah serta mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia. Dari prinsip terbut maka misi STITNU Sakinah Dharmasraya adalah : 1) Meningkatkan kualitas akademik untuk pengembangan keilmuan yang berdasarkan Islam 2) Mengembangkan riset ilmu-ilmu keislaman khususnya pendidikan Islsam. 3) Melakukan praktek di masyarakat dalam rangka memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. 4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan. c. Tujuan 1) Tujuan umum Tujuan umum didirikannya STITNU Sakinah Dharmasraya adalah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencesdaskan kehidupan bangsa dan mambangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuhi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggungjawab terhadap masyarakat dan bangsa. 2) Tujuan khusus a) Membentuk mahasiswa yang mempunyai kecerdasan spritual, kekuatan emosional, integritas intelektual yang bertanggung jawab. b) Membentuk mahasiswa yang terampil melalui proses belajar mengajar yang dinamis, aktual, terbuka dan objektif. c) Menumbuhkan kepribadian mahasiswa yang peduli dan mampu memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang berkembang di masyarakat. d) Bersama masyarakat dalam membangun daerah yang berbudaya serta respon terhadap perubahan ke arah kemajuan. PRIORITAS PENGEMBANGAN LIMA TAHUN KE DEPAN 1. Arah Pengembangan a). Penampilan (performance) fisik 1). Bersih, rapi dan indah 2). Dinamis artistik serta dihuni oleh orang-orang terpilih yang selalu mendekatkan diri kepada Allah. 3). Dihuni oleh orang yang memiliki kepekaan tinggi terhadap sesama manusia dan alam lingkungannya, terpercaya dan menjadi tauladan bagi masyarakat. b). Kelembagaan 1). Memiliki tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, penelitian dan berbagai macam aktifitas ilmiah. 2). Mewakili tradisi akademik yang mendorong lahirnya kewibawaan akademik bagi seluruih aktifitas akademik. 3). Memiliki manajemen yang kokoh yang mampu menggerakkan seluruh potensi untuk mengembangkan kreatifitas civitas akademika. 4). Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap pro aktif. 5). Memiliki pemimpin yang mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi kekuatan penggerak lembaga secara integral. c). Profil Dosen STITNU Sakinah Dharmasraya 1). Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muslim di mana saja ia berada. 2). Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama Islam. 3). Menjadikan ajaran dan etika agama Islam sebagai landasan seluruh aktifitas. 4). Menjadikan dirinya sebagai tambatan bagi pengamalan agama Islam yang berwawasan keindonesiaan. 5). Melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar secara professional dan fungsional. 6). Membudayakan ajaran Islam melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam kehidupan sehari-hari. 7). Memiliki wawasan keislaman yang luas dan profesionalisme serta menjunjung tinggi otonomi keilmuan. 8). Berdisiplin tinggi dan selalu mematuhi kode etik profesi. 9). Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir ilmiah seta menjunjung tinggi kebebasan akademik. Selain itu, dosen STITNU Sakinah Dharmasraya juga diharapkan memiliki kemampuan dan prestasi akademik sebagi berikut: 1). Bersertifikasi akademik puncak (Doktor). 2). Berjabatan akademik tertinggi (Guru Besar). 3). Berkarya dan berproduk akademik tinggi sehingga tulisan-tulisannya dijadikan acuan secara luas. 4). Berwibawa akademik tinggi yang diakui secara luas, yang ditandai dengan ketinggian frekuensi keterlibatannya dalam forum-forum ilmiah. 5). Memiliki kedekatan dengan mahasiswa karena ilmuannya. d). Profil Pegawai STITNU Sakinah Dharmasraya 1). Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muslim dimana saja ia berada. 2). Bersikap dan berperilaku jujur, disiplin, amanah dan berakhlak mulia. 3). Meningkatkatkan pemahaman, penghayatan, pengalaman ajaran Islam. 4). Memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugas keadministrasian dan mencintai pekerjaan. 5). Selalu mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi dan ikhlas. 6). Mengembangkan rasa kenersamaan sebagai warga kampus. 7). Menciptakan suasana kampus yang mantap, sejuk dan dinamis. 8). Mengembangkan sikap berprasangka baik. 9). Mengembangkan sikap tenggang rasa, tidak semena-mena, sabar dan akomodatif dalam memberikan layanan. e). Profil Mahasiswa STITNU Sakinah Dharmasraya 1). Selalu berpenampilan sebagai calon pemimpin umat, yang ditandai dengan kesederhanaan, kecerdasan, kerapian dan penuh percaya diri. 2). Selalu mencerminkan seorang yang memiliki kemantapan akidah dan kedalaman spiritual, keluhuran akhlak dan kedalaman ilmu. 3). Mengembangkan dan menjunjung tinggi kebebasan akademik secara bertanggungjawab yang berorientasi kepada wawasan etik dan mengacu kepada kepentingan nasional. 4). Mengembangkan sikap ilmiah, seperti jujur dalam menyampaikan pendapat, menghargai pendapat orang, terbuka dan obyektif. 5). Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tidak semena-mena. 6). Haus dan cinta ilmu pengetahuan serta berdisiplin tinggi. 7). Memiliki kepekaan terhadap permasalahan lingkungan dan dewasa dalam menyelesaikan persoalan. 8). Menjadikan ajaran dan etika agama Islam sebagai landasan seluruh aktifitas. 9). Mau belajar dalam berbagai bidang profesi yang bermanfaat bagi kehidupan modern f). Profil Alumni STITNU Sakinah Dharmasraya 1). Terpercaya kualitasnya. 2). Memiliki integritas imtaq, iptek dan akhlak. 3). Mampu memiliki lapangan kerja di sektor-sektor modern. 4). Memiliki potensi yang dinamis. 5). Memiliki jiwa kejuangan dan mandiri 6). Mampu berkomunikasi dan bekerjasama. Arah rencana pengembangan tersebut, digunakan sebagai pedoman penyusunan program kerja pengembangan STITNU Sakinah Dharmasraya dalam jangka waktu 5 tahun mendatang dan selanjutnya dalam 25 tahun berikutnya. Sedangkan arahan penanganan bidang-bidang maupun sub bidang di atas, bertujuan untuk merealisir pengembangan yang telah direncanakan. 2. Tahap-tahap Pengembangan Program pengembangan STITNU Sakinah Dharmasraya pada 5 tahun pertama merupakan jangka pendek (2013/2014 s/d 2018/2019) yang meliputi empat bidang pengembangan yaitu: bidang pendidikan dan pengajaran, bidang penelitian, bidang pengabdian masyarakat, bidang fisik dan sumber daya manusia (SDM). a. Bidang Pendidikan dan Pengajaran Program pengembangan di bidang pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan komposisinya masing-masing bertujuan untuk: 1) Pemantapan sistem pendidikan Dalam upaya memantapkan sistem pendidikan, diharapkan dapat: a) Tercapainya struktur organisasi pengelolaan program studi yang mantap dan terkoordinir, serta efisien. b) Tercapainya mekanisme pengelolaan program studi yang dinamis, efektif dan efisien. c) Terwujudnya pedoman yang mencerminkan kesesuaian antara persyaratan mata kuliah dan kemampuan mahasiswa. d) Optimalisasi bimbingan kepenasehatan yang memadai bagi para mahasiswa, sehingga efisien dan terarah proses belajarnya. e) Tercapainya hubungan fungsional yang merupakan suatu rantai kebulatan antara unsur-unsur pengelola, dosen pembina mata kuliah dan pelaksana program. f) Tersusunnya kurikulum yang mantap dan mencerminkan ahli dalam bidang ilmu tertentu. g) Pencapaian keseimbangan setara pengetahuan teoritis dan praktis dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. h) Tercapainya pengadaan konsepsi stuktur program dan pemantapan penyelenggaraannya. i) Tercapainya seluruh mata kuliah dalam struktur program, kepada uraian singkat mata kuliah dan uraian terinci mata kuliah dalam struktur program. j) Tercapainya kejelasan ruang lingkup pokok bahasan dari berbagai mata kuliah untuk menghindari pembahasan yang tumpang tindih. 2) Pembinaan Mahasiswa dalam Bidang Akademik Program pengembangan pendidikan dan pengajaran dalam komponen mahasiswa, tidak bisa lepas dari potensi besar dasar input, yang dalam hal ini adalah calon mahasiswa. Untuk pembinaan mahasiswa diarahkan pada: a) Pemenuhan input mahasiswa, baik segi kuantitas maupun kualitasnya, memiliki motivasi kuat, untuk menjadi tenaga ahli di bidang ilmu-ilmu keislaman, manajemen pendidikan Islam, ekonomi syariah, hukum Islam, dan teknologi serta berkualitas akademik yang tinggi. b) Secara berangsur-angsur dan pasti, dalam jangka waktu 5 tahun mendatang, jumlah mahasiswa ditargetkan mencapai 200 orang, untuk memenuhi target tenaga ahli di bidang manajemen pendidikan Islam, ekonomi syariah dan hukum Islam yang santun dan berintegritas tinggi. c) Dalam 5 tahun mendatang, diharapkan dapat menghasilkan lulusan dalam jumlah 100 sarjana (S1), dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. d) Terjalinnya hubungan yang erat antara almamater dengan alumni, dan tercapainya mekanisme pembinaan alumni. e) Tersalurnya informasi kepada para alumni, mengenai kesempatan kerja, sesuai dengan profesi dan peluang kerja yang ada. 3) Peningkatan Tenaga Pengajar (Dosen) a) Mendapat calon tenaga pengajar (dosen) yang mempunyai integritas pribadi dan berkemampuan akademis yang tinggi dengan mencapai tingkat kesarjanaan yang paling tinggi (doktor). b) Mendapatkan angka riil kebutuhan tenaga pengajar setiap tahun untuk memenuhi pengembangan jumlah mahasiswa dan program studi (10:20) c) Tercapainya keseimbangan dan keselarasan antara tugas mengajar, penelitian, pengabdian pada masyarakat, pembinaan dan pengembangan lembaga keagamaan Islam lainnya. d) Terpenuhinya beban mengajar tiap dosen sebagai tugas pokok 12 (dua belas) sks. 3. Konsep Pengembangan a. Sistem Pendidikan dan Pengajaran 1). Mengembangkan struktur organisasi pengelola program studi berdasarkan peraturan yang berlaku. 2). Mengembangkan peraturan-peraturan pelaksana penyelenggaraan kurikulum program studi. 3). Memantapkan struktur kurikulum dengan mengacu pada empat tuntutan, yaitu: kemantapan akidah dan kedalaman spiritual, keagungan akhlak atau moral, keleluasaan ilmu pengetahuan/ kekokohan intelektual dan kematangan professional. 4). Menggunakan sarana dan prasarana yang optimal dengan bekal sarana dan prasarana yang ada untuk mencapai studi secara menyeluruh. 5). Mengadakan supervisi pelaksanaan sistem kredit smester (sks) dan pendayagunaan sistim sarana dan prasarana yang diperlukan. 6). Pengembangan pedoman terinci yang jelas memberikan petunjuk-petunjuk proses perencanaan studi. 7). Mengadakan rekaman dan penilaian komprehensif terhadap kurikulum yang berlaku sekarang, dalam rangka penyempurnaan dan pemantapan pelaksanaannya, termasuk kuliah bahasa. 8). Menyelesaikan dan menata kembali sistim penyampaian bahan pelajaran, evaluasi kemajuan belajar dan sarana belajar. 9). Menyempurnakan silabi mata kuliah. 10). Menambah dan mendayagunakan tata ruang dalam rangka memungkinkan terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. 11). Mengembangkan hubungan kerja sama antara program studi dengan dengan lembaga-lembaga praktik seperti : sekolah/madrasah/ pesantren, bank, perusahaan, pengadilan agama/pengadilan negeri, pemerintah daerah dan stakeholders lainnya. 12). Menyusun buku manual tentang penyusunan instrumen test dan pengembangan bank soal. b. Pembinaan mahasiswa dalam bidang akademik 1). Penyebaran informasi secara intensif tentang visi, misi, tujuan program dan sistim kependidikan di STITNU Sakinah Dharmasraya 2). Mengembangkan sistem saringan yang memadai dengan melalui testing dan Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). 3). Menjalin kerjasama antara STITNU Sakinah Dharmasraya dengan perguruan tinggi sejenis dalam rangka pemantapan kualitas mutu. 4). Meningkatkan efisiensi internal dan eksternal pendidikan. 5). Membentuk wadah dan sistem pembinaan alumni. c. Peningkatan Tenaga Dosen 1). Intensifikasi tenaga pengajar melalui program pascasarjana (S2 dan S3). 2). Mengadakan perencanaan kebutuhan tenaga pengajar dalam jangka lima tahunan. 3). Menyempurnakan sistem saringan dan pembibitan serta pencangkokan calon tenaga dosen yang memadai. 4). Menyediakan ruang kerja bagi tenaga pengajar dalam rangka melancarkan pelaksanaan beban tugas mereka. 5). Meningkatkan keterampilan tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar melalui up grading, diskusi, seminar, FGD, lokakarya dan lain-lain. 6). Penambahan dan pendayagunaan tenaga pengajar dalam rangka terselenggaranya proses belajar yang maksimal. 7). Meningkatkan tenaga pengajar dalam rangka penyusunan tes yang valid, teknik scoring dan analisanya melalui penataran, up grading, lokakarya, dan sebagainya. 8). Meningkatkan mutu para dosen pembina dan guru pamong dalam pengelolaan lapangan terus menerus dan berencana dengan melalui penataran, work shop, atau lokakarya. 4. Program Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pengajaran. a. Skala Prioritas Program Pengembangan 1. Pengembangan struktur organisasi pengelola program studi berdasarkan PP No. 60 Tahun 1999 diharapkan selesai tahun 2014. 2. Merekam dan mengadministrasikan penyelenggaraan bank soal. 3. Penyusunan buku petunjuk (manual), penyusunan instrumen test dan pengembangan bank soal diharapkan selesai dalam tahun 2014. 4. Mengembangkan pedoman kegiatan kepenasehatan mahasiswa (academic advisor) selesai tahun 2015. 5. Pengembangan sarana dan prasarana fisik sebagai berikut: - Ruangan kuliah 12 lokal selesai tahun 2016 - Kantor pimpinan program studi, selesai tahun 2014 - Kantor administrasi program studi, lembaga penelitian, dan lembaga pengabdian masyarakat selesai tahun 2014 6. Pengembangan perpustakaan. a. Mencapai 2.500 judul selesai 2016 b. Mencapai 5.000 judul selesai 2019 b. Pembinaan Mahasiswa Bidang Akademik. 1. Menyebarkan informasi secara intensif tentang visi, misi, tujuan program dan sistem pendidikan serta sarana, kepada sekolah-sekolah SMU/SMK, MAN/MAS/MAK dan pondok pesantren, secara terus menerus dilakukan dalam tahun 2014-2019. 2. Menjalin kerjasama dengan kementerian lain di luar kementerian agama dalam rangka pengadaan tenaga bidang manajemen pendidikan Islam, ekonomi syariah, dan hukum Islam secara berkelanjutan. 3. Memenuhi kebutuhan tenaga administrator pendidikan, perbankan syariah dan hukum Islam pada instansi pemerintah maupun swasta. 4. Membentuk wadah dan sistem pembinaan kemahasiswaan dan alumni, melalui seminar, diskusi, lokakarya dan sebagainya. c. Peningkatan Tenaga Pengajar (Dosen) 1. Intensifikasi tenaga pengajar melalui program pascasarjana (S-2 dan S-3) 2. Mengadakan perencanaan kebutuhan tenaga pengajar dalam jangka lima tahun, diharapkan selesai tahun 2016. 3. Meningkatkan dan menyempurnakan sistem saringan dan pembibitan calon tenaga pengajar yang memadai. 4. Mengembangkan perencanaan kegiatan untuk memberikan kesempatan bagi tenaga pengajar untuk lebih berprestasi. 5. Menyediakan ruang kerja dosen yang representatif dalam rangka peningkatan kelancaran tugas dosen, diharapkan terealisis tahun 2015. 6. Penambahan dan pendayagunaan tenaga pengajar dalam bidang: a. Pengelolaan instrumen test yang valid, teknik scoring dan analisa hasil, diharapkan selesai tahun 2015. b. Pengelolaan cara belajar mahasiswa. 7. Menyelenggarakan penataran, lokakarya, workshop, dalam rangka meningkatkan mutu dosen pembimbing dan guru-guru pamong, dalam pengelolaan praktek lapangan tiap tahun. III. ANALISIS SWOT Untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman STITNU Sakinah Dharmasraya secara komprehensif diperlukan kejujuran dan kejelian serta ketajaman analisis dalam mencermati lima komponen utama yang dijadikan indikator kelayakan program (five thershold indicators). Kelima indikator kelayakan tersebut adalah sumber daya manusia, pengelolaan, program, infrastruktur, sistem informasi dan pembiayaan program. Kelima unsur tersebut secara objektif harus dinilai melalui analisis SWOT yang bertumpu pada sejauh mana relevansi program, iklim akademik, komitmen institusi, keberlanjutan program dan efesiensi pelaksanaan program dalam merealisasika visi dan misi program. A. Kekuatan 1. Memiliki visi, misi, tujuan dan strategi pencapaian yang jelas dan terukur. 2. Memiliki finansial yang cukup untuk pembiayaan lembaga. 3. Tenaga dosen tetap yang direkrut secara profesional. 4. Kampus berada pinggir jalan lintas sumatera dan mudah dijangkau. 5. Kampus memiliki lapangan futsaang dapat dipergunakan sebagai tempat pengembangan kegiatan ektrakurikuler. 6. Bekerjasama dengan organisasi Nahdalatul Ulama Dharmasraya dan Wanita Islam Dharmasraya. B. Kelemahan 1. Jumlah koleksi judul dan eksemplar buku pustaka yang kurang memadai. 2. Infrastruktur STITNU Sakinah yang butuh peningkatan mutu dan penambahan C. Peluang 1. Jumlah SMU/SMK/MA diwilayah kabupaten Dharmasraya dan sekitarnya, merupakan potensi yang cukup besar bagi pangsa pasar STITNU Sakinah Dharmasraya. 2. Komitmen pemerintah daerah kabupaten Dharmasraya sebagai kabupaten termuda di Sumatera Barat untuk mempercepat tingkat perkembangan SDM berkualitas, sehingga mampu sejajar dengan Kabupaten/kota lainnya di Sumatera Barat. D. Ancaman 1. Persaingan global, perkembangan ipteks menuntut ketersediaan fasilitas pendidikan berstandar internasional, kesiapan SDM, dan sistem manajemen yang handal. 2. Modernisasi, liberalisasi, dan kapitalisasi dunia bisnis yang bersifat global menuntut Yayasan Sakinah Dharmasraya untuk dapat mengembangkan bisnis yang bersifat nirlaba untuk mendukung kapasitas dan kapabilitas STITNU Sakinah Dharmasraya. 3. Munculnya perguruan tinggi yang dikelola dan didukung oleh manajemen yang kuat dari pihak asing dengan program-program kompetitif dalam merespons tuntutan pasar kerja dan penciptaan lapangan kerja secara langsung dapat memperlemah daya saing STITNU Sakinah Dharmasraya, baik dalam hal penerimaan jumlah mahasiswa pendaftar program kependidikan maupun dalam pengembangan program non-kependidikan IV. PENUTUP Rencana Strategis STITNU Sakinah Dharmasraya tahun 2014-2019 merupakan dasar pengembangan rencana kegiatan dan anggaran tahunan seluruh unit kerja di lingkungan STITNU Sakinah Dharmasraya. Rencana Strategis ini selanjutnya dijabarkan ke dalam rencana operasional sebagai rujukan dalam penyusunan kegiatan setiap unit kerja di lingkungan STITNU Sakinah Dharmasraya, dan dilengkapi dengan indikator kinerja sebagai dasar untuk mengevaluasi keberhasilan dan/atau ketidakberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan. Dalam hal terjadi perubahan lingkungan strategis yang tidak terduga, sehingga kebijakan dan program yang telah dirumuskan dalam rencana strategis menghadapi kendala untuk dilaksanakan, maka pimpinan STITNU Sakinah Dharmasraya dapat melakukan perubahan dengan persetujuan Yayasan Sakinah. Berhasilnya implementasi renstra ini sangat tergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguh-sungguh dari segenap unsur dalam lingkungan STITNU Sakinah Dharmasraya, serta dukungan pemerintah dan masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan renstra ini juga menjadi harapan nyata bagi pembangunan pendidikan dan pembangunan masa depan generasi bangsa. Bagi segenap sivitas akademika STITNU Sakinah Dharmasraya hanya tersedia satu jalan lurus untuk mencapai cita-cita luhur yang digariskan dalam renstra ini, yaitu bekerja keras dan sungguh-sungguh seraya berdoa kepada Allah SWT. Dharmasraya, 1 Februari 2014 STITNU SAKINAH DHARMASRAYA Ketua, Dr. H. Adirozal, M.Si.

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM OLEH ABDUL KARIM AMRULLAH, ABDULLAH AHMAD, DAN RAHMAH EL YUNUSIYYAH





PENDAHULUAN
Islam sebagai agama rahmah senantiasa mengakomodir kebudayaan dan tradisi lokal yang sesuai dan sejalan dengan sumber primer Islam. Keluwesan Islam menjadi lokomotif’ akselerasi pengembangan kawasan, peradaban, dan penganutnya. Begitu pula komitmen terhadap perjuangan kaum dhuafa sangat tinggi, pemberdayaan dan sikap egalitarian, membuat masyarakat cenderung merespon dan empati kepada Islam.
Pada gilirannya, spirit Islam mengakomodir segala bentuk tradisi lokal di berbagai wilayah yang dimasukinya, merekonstruksi kebudayaan Islam yang lebih kaya dan beragam. Bahkan dalam kadar tertentu, penyerapan ini menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri. Dengan demikian, akan semakin meneguhkan Islam sebagai agama yang universal, kontekstual dan sesuai dengan kondisi zaman dan tempat.
Konsepsi akselerasi Islam berkembang di wilayah Minangkabau, apalagi secara budaya Minangkabau memiliki falsafah yang dekat dengan Islam, seperti dalam ungkapan “adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah”. Ungkapan ini menunjukkan sikap akomodatif budaya dan tradisi yang berkembang di Minangkabau. Kehadiran Islam di Minangkabau mendorong percepatan dalam berkembang sampai datang kolonial Hindia Belanda di Minangkabau pada abad ke 16.
Strategi kolonial Hindia Belanda memang memberikan dampak besar bagi eksistensi umat Islam order social. Muslim yang bersatu dapat dibubarkan, muslim yang solid dapat diretakkan, muslim yang berjiwa militan dapat dikendorkan. Hal tersebut menjadi tantangan besar bagi umat Islam di Minangkabau dalam mengemban dakwah dan pendidikan Islam. Benturan politik dengan Belanda, terdorong masyarakat Minangkabau terpaksa berbenturan fisik dengan Belanda. Olehnya itu, menjadi menarik kiranya dibahas sejarah sosial pendidikan Islam di Minangkabau, mulai dari babak awal perjuangan sampai ke ranah kemodernan.
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM OLEH ABDUL KARIM AMRULLAH, ABDULLAH AHMAD, DAN RAHMAH EL YUNUSIYYAH
(Oleh : Alde Rado, S.PdI, M.A. Dosen STITNU Sakinah Dharmasraya)

Lembaga pendidikan yang termasyhur di Minangkabau adalah Surau. Istilah surau di Minangkabau sudah dikenal sebelum datangnya Islam. Surau dalam sistim adat Minangkabau adalah kepunyaan suku atau kaum sebagai pelengkap rumah gadang yang berfungsi sebagai tempat bertemu, berkumpul, rapat, dan tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah akil baligh dan orang tua yang uzur. Bahkan surau menjadi tempat menginap bagi tamu perantau. Transformasi fungsi surau sebagai tempat rapat, berkumpul, dan sebagainya menjadi lembaga pendidika Islam yang sangat efektif melihat fungsi surau dapat menjadi momentum pembelajaran pendidikan Islam.
Kehadiran surau pertama kali dalam lembaga pendidikan Islam diperkenalkan oleh Syekh Burhanuddin, di Ulakan-Pariaman, sebagai tempat melaksanakan shalat dan pendidikan tarekat (suluk), dengan cepat dapat bersosialisasi secara baik dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Pengembangan lembaga pendidikan surau menjadi pusat transformasi ilmu identik dengan fungsi masjid di zaman Rasulullah, yaitu Surau menjadi term of reference dalam peningkatan kualitas kehidupan bermasyarakat.
Fungsi surau akan semakin kuat posisinya karena struktur masyarakat Minangkabau yang menganut sistim matrilineal, menurut ketentuan adat bahwa laku-laki tak punya kamar di rumah orang tua mereka, sehingga mereka harus tidur di surau. Surau juga menjadi tempat berkumpulnya anak laki-laki yang telah baligh dan persinggahan bagi para perantau. Kenyataan ini menyebabkan surau menjadi tempat amat penting bagi pendewasaan generasi Minangkabau, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun ketrampilan praktis. Dengan demikian, Surau menjadi lembaga pendidikan Islam yang amat penting di Minangkabau.
Lembaga pendidikan Islam di Surau menggunakan sistim halaqah . Ada dua jenjang pendidikan surau, yaitu:
a.       Pengajaran al-Qur’an, yaitu pengenalan huruf hijaiyah, membaca al-Qur’an, melagu, kasidah, barzanji, tajwid, dan kitab parukunan.
b.      Pengajian Kitab, yaitu ilmu sharaf dan nahu, ilmu fikhi, ilmu tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya.
Dalam posisinya sebagai lembaga pendidikan Islam, surau sangat strategis, baik dalam proses pengembangan Islam maupun pemahaman terhadap ajaran-ajaran Islam. Bahkan surau telah mampu mencetak para ulama besar Minangkabau dan menumbuhkan semangat nasionalisme, terutama dalam mengusir kolonialisme Belanda. Di antara alumni pendidikan Surau adalah Haji Rasul, AR. At Mansur, Abdullah Ahmad, dan Hamka. Alumni Surau telah banyak berkiprah dalam perjuangan bangsa dan pencerdasan intelektual dan spiritual dari kebodohan dan kejumudan. Sumbangsih Surau kepada bangsa menjadi mainstream pergerakan dan pergolakan pendidikan Islam di Nusantara.
Lembaga pendidikan Islam Surau mulai surut peranannya karena disebabkan beberapa hal, yaitu:
a.       Selama perang Padri banyak Surau yang terbakar dan Syekh yang meninggal.
b.      Belanda mulai memperkenalkan sekolah nagari.
c.       Kaum intelektual muda muslim mulai mendirikan madrasah sebagai bentuk ketidaksetujuan mereka terhadap praktik-praktik surau yang penuh dengan khurafat, bid’ah dan takhayul.
Pada tahun 1803, H. Miskin, H. Sumanik, dan H. Piobang pulang dari Mekah (di kala itu Wahabiyah telah duduki Mekah) dan setibanya di kampungnya, ia melarang bermacam-macam kejahatan dan tradisi – yang tidak sesuai dengan Islam yang sempurna, seperti judi sabung ayam, minum tuak dan sebagainya, dan ikut bergabung dalam perang Paderi melawan kaum ‘Adat’ di Kota Lawas. Pembaharuan yang dilakukan kaum Paderi telah merubah paradigma keagamaan masyarakat Minangkabau, terbukti banyaknya didirikan lembaga pendidikan Islam yang bercorak modernis.
A. Abdul Karim Amrullah
Pusat-pusat agama Islam lainnya yang paling awal juga dikembangkan sebagai persaudaraan yang bersifat mistik atau tarekat dan ajarannya juga jauh dengan yang di ajarkan Nabi Muhammad. Tetapi kemudian juga berkembang ajaran Islam yang sebagaimana diterapkan baik di Mekkah maupun Madinah. Lalu kita mengenal dalam catatan sejarah apa yang di sebut gerakan Wahabi ( di Sumatra Barat), Perang Padri. Gerakan (Wahabi) yang berkembang di Arab lalu muncul di nusantara (sumbar) dalam rangka pembersihan ajaran-ajaran Islam yang melenceng dari yang di ajarkan Rasulullah. Terjadilah “reformasi” Islam. Maka muncullah seorang tokoh reformis Islam yang fanatik, Abdul Karim Amrullah.
Abdul Karim Amrullah dilahirkan dikampung Kepala Kebun, Jorong Betung Panjang, Nagarai Sungai Batang, maninjau dalam luhak Agam,  Sumatra Barat, pada 17 Safar 1296 atau 10 Februari 1879. Dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang religious membuat Abdul Karim Amrullah terbiasa sejak dini untuk menjalankan ibadah. Ayahnya seorang ulama terhormat didaerahnya sekaligus pemimpin Tarikat Naqsyabandiah, yang bernama Syekh Muhammad Amrullah (gelar Tuanku Kissai), seorang ulama besar di Minangkabau saat itu, sedangkan ibunya bernama Tarwasa.[1]
Abdul Karim termasuk anak yang cerdas, semenjak kecil orang tuanya memberikan dasar-dasar agama Islam. Kemudian beliau belajar kepada ulama-ulama yang termasyhur pada waktu itu, seperti Tuanku H. Hud, Tuanku Pakih Samun di Tarusan, Tuanku Muhammad Yusuf di sungai Rotan Pariaman.[2]
Pada tahun 1312 (1894 M) beliau menginjak usia dewasa, Abdul Karim merantau lagi, kali ini ke tanah suci, Mekkah. Disana ia mempelajari Islam lebih kompleks. Mula-mula ia berguru pada seorang imam Masjid al-Haram, Syeikh Muhammad Khatib, ulama dari Minangkabau juga yang telah menetap dan menyebarkan pemikiran-pemikiran pembaharuan Islam, dan Syekh Muhammad Thahir Jalaluddin, Syech Usman Serawak dan lain-lain. Beliau belajar selama tujuh tahun di mekkah menuntut ilmu agama dengan sungguh-sungguh.[3]
Gaya belajarnya yang berbeda dari umumnya disana (taqlid) semakin membuat Abdul Karim semakin menunjukkan bahwa dirinya sebagai pemuda Islam yang potensial dan sebagai pembaharu Islam dengan cara mengkritisi cara pendidikan dan pemikiran umat Islam. Seprti konsep merantau tadi, berarti setelah ia berpergian (mencari ilmu) dan kembali lagi ke daerah asal untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran barunya itu. Itu berarti, apa yang diajarkan berbenturan dengan yang sudah ada di kampungnya. Pada saat itu juga ia menikah dengan gadis bernama Raihanah binti Zakaria. Pada 1904 ia kembali lagi ke Mekkah dan kembali lagi ke Minangkabau pada 1906 dan menyandang nama H. Rasul.
Sepulang dari Mekkah, ia gencar dan begitu semangat untuk menyebarkan faham-faham pemikirannya dikampungnya. Walapun menuai protes dari kalangan tradisional, ia tetap menjalankan pemikirannya itu. Hingga ia mendirikan sebuah sekolah modern dengan system pendidikan modern pula dengan nama Sekolah Thawalib.
Pemikirannya tentang pendidikan
1. Kurikulum
Pada awal abad 20 sistem pendidikan Islam masih bersifat tradisional, dan kurikulum pun masih bersifat tradisional, yang berkisar pada alquran dan pengajian kitab, yang hanya terpaku kepada satu kitab saja.
Abdul Karim Amrullah memiliki gagasan pendidikan yang lebih modernis. Awalnya direvisi kurikulum pendidikan Islam dengan memasukkan pelajaran ‘umum’ ke sekolah. Ilmu-ilmu agama dan bahasa yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Islam ialah ilmu nahwu, syaraf, fiqhi, tafsir, tauhid, hadits, musthalah hadits, mantiq (logika), ma’ani, bayan, badi’, dan ushul fiqhi. Ia menyusun kurikulum berdasarkan tingkat atau kelas, dan sistim pendidikan bersifat klasikal. Beliau membagi murid-murid dalam kelas-kelas tertentu sesuai dengan tingkatan pendidikannya.[4]
Susunan kurikulum pendidikan yang diterapkan saat itu adalah :[5]
1.      Pengajian alquran
2.      Pengajian kitab yang terdiri atas beberapa tingkat yaitu :
1)      Mengakaji nahu, sharaf dan fiqh dengan memakai kitab-kitab : ajrumiah, matan bina, fathul qarib dan sebagainya
2)      Mengkaji tauhid, nahwu, sharaf dan fiqh dengan memakai kitab-kitab: sanusi, syekh Khalid (Azhari Asymawi), kailani, fathul mu’in dan sebagainya.
3)      Mengakaji Tauhid, Nahwu, Sharaf. Fiqh, tafsir dan sebagainya dengan memakai kitab-kitab : Kifayatul ‘awam, ibnu ‘Aqil, mahali, Jalalain, Baidlawi dan lain-lain.
Jika diperhatikan kurikulum pendidikan yang digunakan oleh Abdul Karim Amrullah sesuai dengan tingkat satuan pendidikan, walaupun ilmu yang diajarkan sama, namun pada tingkat yang lebih tinggi dipergunakan pula kitab-kitab yang perlu analisis lebih mendalam. Bahkan pada tingkat yang lebih tinggi diajarkan pula ilmu mantiq, ilmu balaghah, ilmu tasawuf dan sebagainya dengan memakai kitab-kitab seperti : idlahul mubham, jauhar maknun, ihya ulumuddin dan lain-lain.[6]  

2. Sistem dan metode pembelajaran
Dalam pembelajaran, Abdul Karim Amrullah mengembangkan sistim klasikal dan menggunakan metode diskusi dan Tanya jawab disamping metode hafalan. Kepada murid-murid ditanamkan semangat berdiskusi, berpikir bebas, membawa, memahami, berkelompok dan berorganisasi, serta murid-murid dirangsang untuk bertanya dan berdebat dengan guru. Dengan semangat berdiskusi, berdebat dan bertanya, maka timbul dari diri murid semangat untuk menggali ilmu sendiri (self activity), dan mengupas persoalan agama lebih mendalam.[7]
Murid menjadi lebih kreatif, berfikir bebas dan berani mengemukakan pendapat, dalam diri murid tertanam jiwa patriotic, sehingga tidak heran kalu akhirnya banyak dari murid dan guru thawalib yang terjun kelapangan politik, menentang penjajah belanda.
3. Organisasi siswa
Abdul Karim Amrullah juga sangat menekankan pentingnya pendidikan berorganisasi pada murid. Murid didorong untuk mengikuti ceramah-ceramah yang terkait dengan organisasi dan mobilisasi. Ia berpandangan bahwa, dengan berorganisasi segala sesuatu akan mudah dicapai, sebaliknya usaha yang bersifat perseorangan tidak terorganisir, parti akan berkesudahan dengan kegagalan.
4. Kitab pegangan guru dan murid (rujukan)
            Pembaharuan dalam kurikulum membawa perobahan daam kitab rujukan, pada tahun 1920 beliau melakukan pembaharuan dalam kitab-kitab rujukan diperguruan Thawalib putra Padang Panjang. Diantara kitab-kitab yang dipakai adalah :
1)      Darul fiqiah
2)      Fiqhul iwadih
3)      Muinul mubin
4)      Bidayatul mujtahidin
5)      Mabadi al-arabiyah
6)      Durusan nahwiyah
7)      Qawaidul lughah arabiyah
8)      Nahwu wadih
9)      Balagahah wadhi
10)  Durusun lugahal-arabiyah
11)  Mutalaah hadisah
12)  Qiraaturrasyidah
13)  Nuhadasah arabiyah
14)  Durusut tauhid
15)  Husnul hamidiyah
16)  Risalatut tauhidi
17)  Khazin
18)  Tafsir Muhammad abduh
19)  Hadis arbain
20)  Muthalah hadis
21)  Mantiqul hadis
22)  Muzakhirat usul fiqh
23)  Albayan[8]
 
B. Abdullah  Ahmad
Abdullah Ahmad lahir di Padang Panjang pada tahun 1878. Ayahnya bernama H. Ahmad, seorang ulama Minangkabau dan juga sebagai pedagang kecil.[9]  
Pendidikan Abdullah dimulai dengan mempelajari agama Islam kepada orang tuanya dan beberapa orang guru yang ada di daerahnya. Setelah baligh, ia dimasukkan ke sekolah kelas 2 (sekolah yang diperuntukkan bagi kaum pribumi) di Padang Panjang.
Pada usia 17 tahun (1895), ia berangkat untuk ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji lalu melanjutkan pelajaran agama pada Syaikh Ahmad Khatib, seorang ulama Minangkabau yang bermukim di Makkah. Selama empat tahun belajar di Makkah, Abdullah Ahmad terus mengikuti perkembangan gerakan Wahabiyah yang di gencarkan pada waktu itu. Gerakan ini dilakukan untuk menghapus praktek bid’ah, khurafat dan tahkayul juga masalah taqlid.[10]
Pada tahun 1899 Abdullah Ahmad kembali ke Minangkabau dan mulai mengajar di Surau Jembatan Besi Padang Panjang. Didaerahnya ini ia menggunakan cara mengajar tradisional, yaitu dengan sistim halaqoh.[11]
Pada tahap selanjutnya Abdullah Ahmad mengubah sistim pengajaran tradisionalnya dengan sistim sekolah agama (madrasah) yang diberi nama Adabiyah School. Proses belajar mengajar dengan menggunakan sistim klasikal ini menggunakan sarana yang biasa terdapat pada sekolah yang dilaksanakan pemerintahan Belanda, seperti meja, bangku dan papan tulis. Keadaan ini mendapat tantangan keras dari kalangan ulama tradisional, karena dianggap meniru cara-cara yang digunakan orang kafir. Karena tantangan ini begitu kuat, maka Abdullah memutuskan untuk pindah ke Padang pada tahun 1906 dan disana ia menjadi guru di Masjid Raya Ganting, menggantikan pamannya Syaikh Abdul Halim yang meninggal dunia.

Konsep Pendidikan Abdullah Ahmad
Konsep atau ide-ide yang dikemukakan Abdullah Ahmad paling kurang meliputi tiga aspek yang fundamental, yaitu aspek kelembagaan, aspek metode, dan aspek kurikulum. Ketiga aspek ini dapat dikemukakan sebagai berikut :[12]
1. Aspek kelembagaan
Salah satu ide pembaharuan pendidikan yang dibawa oleh Abdullah Ahmad adalah bidang kelembagaan atau institusi pendidikan. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa Abdullah mendirikan Sekolah Adabiyah. Untuk mendirikan sekolah ini ia menghubungi beberapa orang yang memiliki pendidikan guru dan juga menghubungi dari kalangan ulama.
Untuk mendukung kegiatan lembaga ini, Abdullah merekrut para pegawai yang berjiwa kebangsaan, yaitu mereka yang memiliki legalitas terhadap pemerintah Belanda dengan tujuan untuk menghilangkan kecurigaan pemerintah Belanda.
Pada tahun 1915 corak pendidikan Adabiyah diubah menjadi Holands Maleische School (HMS) atau Hollands Inlandsch School (HIS), yaitu tingkat pendidikan setaraf dengan Sekolah Dasar (SD) seperti yang ada sekarang. Di Adabiyah School diajarkan pelajaran agama dan Al-Qur’an sebagai mata pelajaran wajib, juga diajarkan pengetahuan umum.
Dengan adanya perubahan tersebut, Adabiyah School mendapatkan subsidi dari pemerintah kolonial, yaitu berupa dana dan tenaga guru. Pada perkembangan selanjutnya, jenjang pendidikan sekolah ini bertambah dengan berdirinya Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, dan SMA bahkan ada pula Sekolah Tinggi Administrasi Islam (STAI) serta laboratorium komputer.
Kemodernan Lembaga pendidikan Adabiyah ditandai oleh adanya sikap keterbukaan kepada para siswa yang berasal dari berbagai golongan untuk belajar di Adabiyah ini tapi dengan syarat beragama Islam dan dipilihnya guru-guru yang berbobot, setara dengan guru yang mengajar di sekolah Belanda.

2. Aspek Metode Pengajaran[13]
Metode debating club adalah metode yang diterapkan oleh Abdullah Ahmad atau yang dikenal dengan nama metode diskusi merupakan metode yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada murid untuk bertanya dan berdialog secara terbuka tentang berbagai hal. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengubah cara lama yang menempatkan para siswa secara pasif dan kurang diberikan kebebasan, sementara waktu dipergunakan lebih banyak oleh guru.
Selain itu, Abdullah Ahmad mengajukan metode pemberian hadiah dan hukuman sebagaimana yang berkembang saat ini. Menurutnya, bahwa pujian perlu diberikan guru bila anak didiknya memiliki akhlak yang mulia dan jika perlu diberikan hadiah. Bersamaan dengan itu, hukuman juga perlu diberikan jika anak didik bersikap sebaliknya. Namun hukuman ini tidak perlu diberikan secara kasar, karena hukuman semacam ini dapat menghilangkan keberanian yang ada pada diri anak.
Metode lainnya yang perlu diterapkan menurut Abdullah adalah metode bermain dan rekreasi. Menurutnya bahwa anak-anak perlu diberi waktu untuk bermain dan bersenang-senang serta beristirahat dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Karena jika tidak ada waktu beristirahat, dapat merusak prilaku anak yang semula baik, karena bosan dengan kegiatan yang banyak menguras daya pikirnya. Akibat lainnya, hatinya akan mati, pemahamannya terhadap bahan pelajaran yang diberikan akan tumpul serta cahaya akalnya akan padam.

3. Aspek Kurikulum[14]
Rencana pelajaran yang dalam bahasa sekarang disebut kurikulum dijadikan sebagai kerangka kerja sistematis dalam suatu kegiatan pengajaran modern.
Pada lembaga pendidikan tradisional kurikulum tidak disusun secara tersendiri, melainkan dengan cara mengajarkan kitab-kitab yang diajarkan oleh kyai kepada para santrinya.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumya, bahwa sekolah Adabiyah bercorak agama dengan sistim modern. Dari kurikulum yang diterapkan oleh Abdullah adalah konsep kurikulum pendidikan Integrated (Integrated Curriculum of Education), yaitu terpadunya antara pengetahuan umum dengan pengetahuan agama serta bahasa dalam program pendidikan.

C. Rahmah el Yunusiyah

Rahmah el-Yunusiyah merupakan tokoh perempuan yang memperjuangkan pendidikan bagi putri dan sejajar dengan putra. Perjuangan pendidikan bagi perempuan menjadi ‘lokomotif’ bagi peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan dan mengeliminir keterbelakangan. Keterpurukan posisi perempuan (Minangkabau) mendorong Rahmah mendirikan Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang pada bulan November 1923.
Rahmah El-Yunusiyyah, lahir di Padang Panjang, pada hari jum’at 1 Rajab 1318 H / 26 Oktober 1900 M, dan wafat pada hari Rabu 9 Zulhijjah 1388 H/ 26 Februari 1969 M. Ia lahir dari pasangan Syekh Muhammad Yunus dan Rafiah dan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya dikenal sebagai kadi di Pandai Sikek yang juga ahli dalam ilmu falak, sementara kakeknya yang bernama Syekh Imaduddin, adalah ulama terkemuka di Minangkabau yang juga tokoh tarekat Naksyabandiah.
Rahmah mendapatkan pendidikan agama dari sang ayah, namun tidak terlalu lama karena ayahnya meninggal dunia beberapa waktu kemudian. Selanjutnya, urusan pendidikan menjadi tanggungjawab kakak-kakaknya yang sudah berusia dewasa. Pelajaran membaca dan menulis misalnya, diberikan dua kakak lelakinya yakni Zainuddin Labay El Yunussy yang juga ulama pembaru serta tokoh pendidikan di Sumbar yang mendirikan Diniyah School dan M. Rasyad, Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim, dr. Tazar, dr. Abdul Shaleh, dr. Arifin. Dr. Rasjidin, dan dr. Sani’ [15]
Hingga kelas tiga SD, Rahmah tercatat pernah bersekolah di Diniyah School yang dikelola kakaknya itu. Akan tetapi, ia merasa kurang puas dengan sistem pendidikan di sekolah yang dianggapnya tidak bisa memecahkan banyak persoalan, termasuk persoalan wanita. Oleh sebab itu dia lantas menimba ilmu pada sejumlah guru yang ada.
Beberapa ulama yang pernah menjadi gurunya, antara lain H. Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka), Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim (pemimpin sekolah Thawalib Padang Panjang, pengarang kitab fikih Al-Mu'in Al Mubin), Syekh Muhammad Djamil Djambek, Syekh Abdul Latif Rasjidi dan Syekh Daud Rasjidi. Banyak bidang ilmu yang dipelajari dari para tokoh tersebut, selain ilmu agama, juga ilmu kesehatan (kebidanan khususnya) maupun keterampilan kewanitaan semisal memasak, menenun dan menjahit. Dan ilmu-ilmu itulah yang dia turunkan kepada para muridnya dikemudian hari.
Rahmah mendirikan Diniyah Puteri yang bercikal bakal dari pembentukan Madrasah li al Banat (sekolah untuk puteri) pada tanggal 1 Nopember 1923. Pada dua tahun pertama sistem belajar yang diterapkan menggunakan cara halaqah seperti halnya yang dilaksanakan di Masjidil Haram. Para murid duduk bersila di lantai mengelilingi guru yang menghadap ke meja kecil. Dari waktu ke waktu, sekolah ini berkembang cukup pesat, jumlah muridnya terus bertambah. Hingga penerusnya hari ini memoles wajah Diniyah Puteri dengan pendidikan modern.
Perhatian Rahmah bagi kemajuan kaum wanita tidak pernah padam dan hal itu menjadikan dia memiliki harapan untuk mendirikan perguruan tinggi Islam khusus untuk wanita. Di samping itu dia pun bercita-cita mendirikan rumah sakit khusus wanita. Sejarah mencatat, sebagian cita-citanya ini akhirnya terlaksana. Pada waktu Rahmah meninggal dunia tanggal 26 Pebruari 1969, Diniyah Puteri sudah memiliki perguruan tinggi dengan satu fakultas (Fakultas Dirasah Islamiah).
Rahmah adalah satu-satunya wanita Minangkabau yang menerima gelar Syaikhah dari Universitas Al Azhar Kairo. Lembaga pendidikan yang dikembangkannya pun diduplikat oleh Dr. Syaikh Abdurrahman Taj Rektor Universitas al-Azhar Kairo, menjadi Kulliyah lil Banat. Syaikh Abdurrahman mengunjungi perguruan Rahmah el Yunussiyah pada tahun 1955 dan mengundang Rahmah el Yunussiyah ke al-Azhar pada tahun 1957. 
Perguruan Diniyah Puteri, adalah karya besar dan monumental dari perempuan Islam yang mengabdikan dirinya untuk pendidikan perempuan Islam dengan guru-guru perempuan di dalamnya. Rahmah el Yunisiyyah benar-benar membuktikan, Islam mampu dijadikan basis gerakan untuk perbaikan situasi dan kondisi perempuan, sebagaimana yang ia cita-citakan. Dan, semua itu telah terwujud

Konsep pendidikan menurut Rahmah Elyunusiyah
Konsepsi pendidikan Rahmah ialah pendidikan untuk semua, baik laki-laki maupun perempuan. Menurutnya, laki-laki dan perempuan yang membedakannya hanyalah taqwa (dalam QS. 49:13). Prinsip ini terrealisasi dalam Madrasah Diniyah Putri dengan menggunakan sistim modern yaitu mengakomodir kurikulum umum untuk diajarkan di sekolah. Secara konfrehensif, Rahmah el-Yunisiyah terlihat jelas dalam konsep ‘tri tunggal pendidikan perempuan’ yaitu pendidikan di sekolah, pendidikan di asrama, dan pendidikan di masyarakat.[16]
Modernisasi kurikulum yang dilakukan rahmah adalah dengan memasukkan mata pelajaran umum pada institusi yang dilakukannya. Inspirator dari sikapnya yang akomodatif terhadap ilmu pengetahuan umum dan mengintegralkannya dengan ilmu pengetahuan agamahal ini sesuai dengan apa yang ditawarkan Muhammad Abduh di Mesir. [17]
Pembaharuan lain yang ditawarkan Rahmah melalui madrasah diniyah putrid adalah menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam aktifitas proses pendidikan. Hal ini tampak dari usahanya untuk memberikan pendidikan keterampilan praktis bagi kaum perempuan. Keterampilan tersebut antara lain : keterampilan memasak, bertenun, industry rumah tangga, olah raga dan p3k kepada peserta didiknya. Jika pemikiran yang dilakukan ini dilihat dari perspektif filsafat pendidikan islam maka terlihat bahwa langkah pembaharuannya merupakan perwujudan teori equilibrium.[18]   

KESIMPULAN

A. Penutup
Dinamika sosial Islam di Minangkabau mengalami perkembangan dengan baik, karena tingginya respon masyarakat terhadap pendidikan, terjadinya interaksi antara tokoh ulama dan pendidik dengan dunia luar, apakah melalui pendidikan di Mekah dan Mesir atau hasil interaksi dengan pemikiran kolonial, yang tentunya memberikan corak berpikir yang dapat berdialektika dengan perkembangan zaman.
Selanjutnya dinamika pendidikan Islam di Minangkabau cukup baik, yakni awalnya sistim pendidikan surau dengan model halaqah, menjadi sistim pendidikan modern dengan model klasikal, revisi kurikulum dengan penambahan mata pelajaran agama dan diajarkan juga mata pelajaran umum, peningkatan SDM tenaga pendidik, dan dilakukan evaluasi pembelajaran yang menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan Islam.
Ketiga tokoh pembaharu pendidikan Islam di Minangkabau yang dituangkan pada pembahasan sebelumnya memberikan corak bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, khususnya dalam melakukan modernisasi pendidikan Islam.

B. Saran
Dalam artikel ini tentu terdapat kekurangan baik dari segi referensi maupun argumen penulis, untuk itu sangat dharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang budiman, terima kasih.







DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003


Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1993

Ramayulis, Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, Ciputat : Quantum Teaching, 2005

Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Ciputat : Quantum Teaching, 2005




[1] Ramayulis, Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), h. 233
[2]  Ramayulis, Samsul Nizar, Op.,Cit.,h. 233-234
[3]  Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1993), h. 149
[4] Ramayulis, Samsul Nizar, Op.,Cit.,h. 237
[5] Ibid., h. 238
[6] Ibid, h. 238
[7] Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), h. 101
[8]  Ramayulis, Samsul Nizar, Op.,Cit.,h. 246
[9] Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 11
[10] Abuddin Nata, Op., Cit., h. 11
[11] Ibid, h. 12
[12] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Kajian Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 161
[13] Abuddin Nata., Op., Cit., h. 163
[14] Abuddin Nata., Op., Cit., h. 165-167
[15]  Ramayulis, Samsul Nizar, Op., C.,  h. 254-255
[16] Ibid., h. 257-259
[17] Ramayulis, Samsul Nizar, Op.,Cit.,h. 257
[18] Ramayulis, Samsul Nizar, Op.,Cit.,h. 257